Keaktifan Belajar
a.
Pengertian
Keaktifan Belajar
Keaktifan mempunyai kata dasar aktif yang mempunyai awalan ke- dan
akhiran –an, yang mempunyai arti giat berusaha, lebih banyak pemasukan dari
pada pengeluaran, dinamis, mampu bereaksi dan beraksi.[1] Sedangkan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.[2]
Menurut James C Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[3]
Dan menurut Clifford T Morgan mengatakan “Learning is any
relatively permanent change in behavior that is a result of past experience“
yang berarti belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relative tetap
yang merupakan hasil pengalaman yang lalu. [4]
Sedangkan Slameto juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman idividu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.[5]
Dari beberapa penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa
keaktifan belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu atau respon dari adanya stimulus
dalam interaksi pada pembelajaran maupun lingkungan sekitarnya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor.
b.
Prinsip-prinsip
Keaktifan belajar
Proses belajar
mengajar yang dapat memungkinkan terciptanya keaktifan belajar harus
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis. Dalam pelaksanaan mengajar
hendaknya di perhatikan beberapa prinsip belajar sehingga pada waktu proses
belajar mengajar, siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik dan
optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara
keaktifan belajar yakni :
1)
Stimulus Belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru
melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus terssebut dapat
berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus
hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak
disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin membantu para
siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara yang pertama, yaitu perlu
adanya suatu pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya.
Cara yang kedua, yaitu siswa berusaha menyebutkan kembali pesan yang
telah disampaikan oleh guru kepadanya. Cara yang pertama dilakukan oleh guru
sedangkan cara yang kedua menjadi tugas siswa melalui pertanyaan yang
disampaikan oleh guru kepada siswa. Kedua cara tersebut pada hakekatnya adalah
stimulus belajar yang diupayakan oleh guru pada waktu ia mengajar.[6]
2)
Perhatian dan
Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat
utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil
belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar yang diberikan
oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari dalam
diri siswa itu sendiri. Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan lama
bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung, oleh sebab itu perlu
diusahakan oleh guru.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi,
mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, member kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan keinginan belajarnya. Secara umum siswa akan terangsang untuk
belajar apabila ia melihat bahwa situasi belajar mengajar cenderung memuaskan
dirinya sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi belajar bisa tumbuh dari dua hal,
yakni tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan tumbuh dari luar dirinya. Kebutuhan
akan belajar pada siswa mendorong timbulnya motivasi dari luar. Memberikan
pujian kepada siswa yang aktif belajar merupakan upaya menumbuhkan motivasi
dari luar diri siswa.[7]
3)
Respon yang
Dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif,
sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai
respon siswa terhadap stimulus guru, tidak akan mungkin siswa dapat mencapai
hasil belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap
stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal
terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar
seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru,
menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam
menguasai informasi yang diberikan oleh guru, dan lain-lain. Semua bentuk
respon yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional
sehingga mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan
instruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar
siswa yang dapat ditempuh melalui respon fisik (motorik) di samping harus ditumbuhkan
pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
4)
Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh
kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang
kembali manakala diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respon siswa terhadap stimulus
guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah
laku tersebut. Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar seperti nilai,
pengakuan, prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan
lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respon siswa. Sedangkan penguat dari
dalam dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5)
Pemakaian dan
pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan
menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan
informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Peringatan
kembali informasi yang telah diperoleh tersebut terjadi apabila digunakan dalam
situasi yang serupa. Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan
memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain serupa pada masa
mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna,
berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh
yang jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa,
dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi yang
menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.[8]
Prinsip-prinsip tersebut bukan hanya
sebagai pengetahuan saja, tetapi juga sebagai bahan untuk dikerjakan atau
dilaksanakan pada waktu guru mengajar sehingga mendorong terciptanya keaktifan
belajar siswa secara optimal.
c.
Bentuk-bentuk
Keaktifan Belajar
Kecenderungan psikologi dewasa ini
menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif, maka mempunyai dorongan untuk
berniat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi sendiri. [9]
Dalam belajar diperlukan adanya
aktifitas baik psikis maupun fisik. Berhasil atau tidaknya suatu tujuan
pendidikan banyak tergantung bagaimana proses belajar yang dialami siswa. Dalam
usaha pencapaian keberhasilan kegiatan belajar, khususnya siswa dituntut secara
aktif dalam aktifitas belajar. Adapun bentuk-bentuk keaktifan belajar adalah :
1)
Keaktifan
Psikis
Menurut aliran kognitif bahwa belajar
adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi apabila ada
kemampuan dalam diri seseorang yang belajar.[10]
Jadi belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima tidak hanya sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Adapun keaktifan psikis
meliputi :
(a)
Keaktifan indra
Dalam mengikuti kegiatan belajar hendaknya berusaha mendayagunakan
alat indra sebaik-baiknya, seperti pendengaran, penglihatan dan sebagainya.
Di dalam Alqur’an ditegaskan bahwa manusia dididik untuk
menggunakan alat indra penglihatan, pendengaran dan lainnya yakni tercantum
dalam surat Al-An’am ayat 11
:
سِيرُواْ فِى الْأَرْضِ
ثُمَّ اُنْظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَقِبَةُ الْمُكَذِّ بِينَ
Artinya
: Katakanlah, “ Berjalanlah dimuka bumi, Kemudian perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”. (Q.S Al-An’am: 11)[11]
(b)
Keaktifan Emosi
Peserta didik hendaknya senantiasa berusaha mencintai apa yang akan
dan yang telah dipelajari. Karena senang atau tidak senang hal tersebut adalah
tanggung jawab diri sendiri.[12]
(c)
Keaktifan akal
Dalam melaksanakan kegiatan belajar akal juga sangat berperan
penting. Dalam hal ini akal harus selalu aktif untuk dapat merumuskan
pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan.[13]
(d)
Keaktifan
ingatan
Pada waktu belajar siswa harus aktif
dalam menerima bahan pelajaran yang disampaikan guru dan berusaha menyimpan
dalam otak, kemudian mampu mengutarakan kembali secara teoritis ingatan akan
berfungsi menerima kesan-kesan dari luar, penyimpan kesan, dan memproduksi
kesan.
2)
Keaktifan Fisik
Menurut teori Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar
dengan hukum “Law of Exercise” yang mengatakan bahwa belajar memerlukan
latihan-latihan. MC Kachix berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan
bahwa individu merupakan manusia belajar aktif dan selalu ingin tahu.[14] Adapun keaktifan fisik meliputi :
a)
Mencatat
Mencatat
atau menulis dikatakan sebagai aktifitas belajar apabila anak didik dalam
menulis khusunya siswa mempunyai kebutuhan serta tujuan. Menulis yang dimaksud
disini adalah apabila dalam menulis siswa menyadari akan motivasi serta tujuan
menulis atau mencatat.
Membuat
catatan memerlukan pemikiran, jadi tidak sama dengan menyalin. Catatan itu
harus merupakan outline atau rangkuman yang member gambaran untuk
mengingat pelajaran. Jadi sewaktu belajar kita harus mencoba memahami dan
mengingat isi pelajaran. Catatan itu sangat berfaedah bila kita hendak
mengulanginya kelak.
b)
Membaca
Membaca
besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar
adalah membaca. Agar dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan
baik pula, karena membaca adalah alat belajar.
c)
Mendengarkan
Balam
proses belajar mengajar anak didik selalu mendengarkan informasi yang diberikan
oleh pendidik. Dalam hal ini mendengar sebagai aktifitas belajar apabila
mendengar terdapat suatu kebutuhan atau motivasi. Adanya kebutuhan dan motivasi
ini menjadikan informasi secara aktif dan bertujuan.[15]
Mengingat
merupakan tahap terakhir dalam proses mendengar. Ini berarti bahwa seseorang
tidak hanya menerima, menginterpretasikan informasi yang diterima, tetapi juga
menambahkan hal-hal yang sudah didengarkannya kedalam ingatannya yang
sewaktu-waktu dapat diambil jika diperlukan.[16]
d)
Berdiskusi
Dalam
berdiskusi ada beberapa aktifitas belajar seperti bertanya, mengeluarkan
pendapat atau saran dan lain-lain. Apabila dalam proses belajar diadakan
diskusi, maka akan mengembangkan potensi siswa sehingga semakin kritis dan
kreatif.
e)
Berlatih
Dalam
pembelajaran anak didik dituntut untuk berlatih atau mencoba mempraktikkan
berdialog dengan menggunakan pelajaran tidak cukup didengar atau dilihat saja,
namun anak didik harus sering berlatih sehingga siswa semakin trampil.[17]
Dengan
demikian jelas bahwa aktifitas itu dalam arti luas bahwa yang bersifat psikis
maupun fisik kaitan keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang optimal.
a.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkankan menjadi dua
golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada diluar individu. Namun untuk lebih jelasnya akan
dikemukakan beberapa pendapat diantaranya :
a)
Faktor-faktor
yang berasal dari luar si pelajar yang dibagi menjadi dua yaitu :
(1)
Faktor-faktor
non sosial (udara, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar)
(2)
Faktor-faktor
sosial (hubungan dengan manusia)
b)
Faktor yang
berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor ini digolongkan menjadi dua yaitu
:
(1)
Faktor-faktor
fisiologis (jasmani)
(2)
Faktor-faktor
psikologis (kondisi psikis)
2)
Abdur Rochman
Abror, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
a)
Faktor
perseorangan (faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik)
3)
W.S Winkel
menegaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar
adalah :
a)
Faktor-faktor
yang bersifat intelektual yang meliputi taraf intelegensi, kemampuan belajar
dan cara belajar siswa
b)
Faktor-faktor
yang bersifat non intelektual yang meliputi motivasi belajar, sikap, minat,
kondisi, psikologis dan keadaan sosiokultural.[20]
Dalam hubungan dengan proses interaksi belajar mengajar yang
menitikberatkan pada soal motivasi dan pemberian penguatan, maka pembahasan
mengenai faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor intern. Pada dasarnya faktor intern menyangkut faktor-faktor fisiologis
dan faktor psikologis. Tetapi relevansi dengan persoalan pemberian penguatan,
maka tinjauan faktor intern ini akan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun
diantara faktor-faktor rohaniah atau kondisi jiwa siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial adalah :
1)
Intelegensi
atau kecerdasan siswa
Intelegensi pada umumnya dapat
diartikan sebagai kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.[21]
Menurut penulis, tingkat kecerdasan
seorang peserta didik sangat mempengaruhi proses belajar yang aktif. Dalam hal
ini siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan merespon guru dengan
mengemukakan pendapat dan bertanya.
2)
Minat
Minat merupakan kecenderungan yang
agak menetap dalam diri subyek untuk merasa tertarik kepada bidang tertentu dan
senang berkecimpung dalam bidang itu.[22]
Dalam hal interaksi proses belajar
minat juga sangat berpengaruh, minat menyangkut masalah suka atau tidaknya,
tertarik atau tidak tertarik kepada suatu mata pelajaran atau pembelajaran yang
sedang berlangsung. Kalau minat itu ada dalam diri seorang siswa maka tentunya
siswa tersebut akan merespon apa yang diterangkan oleh guru.
3)
Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai
keadaan internal manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu.[23] Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu yang pertama, motivasi intrinsic adalah hal atau keadaan yang
berasal dari dalam siswa. Dan yang kedua yakni motivasi ekstrinsik adalah hal
atau keadaan yang datang dari luar siswa, yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar.[24]
4)
Sikap siswa
Sikap siswa dalam hal ini juga merupakan
faktor terciptanya keaktifan belajar seorang siswa. Yang mana siswa tersebut
akan menunjukkan sikap yang positif atau negative, merespon atau tidaknya suatu
mata pelajaran pada kegiatan pembelajaran.
5)
Ingatan
Ingatan secara teoritis akan berfungsi
sebagai menerima kesan-kesan perhatiannya penuh terhadap suatu obyek, atau
menyimpan suatu informasi yang telah direspon atau diperoleh.[25]
6)
Perhatian
Perhatian adalah pemusatan energy psikis
yang tertuju kepada suatu obyek. Jika seseorang perhatiannya penuh terhadap
suatu obyek, maka ia akan mengenal obyek secara sempurna.[26]
[1]Tim Prima Pena,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gita Media Press, Jakarta, 2004, hlm. 597
[2]M. Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997,
hlm. 4
[3]Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar, Rieneka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 12
[4]Mustaqim, Psikologi
Pendidikan, Op. Cit, hlm. 33
[5]Syaiful Bahri
Djamarah, Op. Cit, hlm. 13
[6]M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 203
[9]Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 2
[10]Darsono, Belajar
dan pembelajaran, IKIP Semarang Press, Jakarta, 2001, hlm. 15
[11]Al-Qur’an,
Surat Al-An’am ayat 11, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsiran Al-Qur’an
dan terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1987, hlm. 187
[12]Sriyono, et.
all, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Rineka Cipta, Jakarta, 1992. hlm. 75
[13]Sardiman AM, Interaksi
dan Motivasi Belajar Megajar, Op. Cit, hlm. 44
[14]Dimyati dan
Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran,
Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 59
[15]M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, Op. Cit, hlm. 219
[16]Slameto, Op.
Cit. hlm. 109
[17]Sardiman AM, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm.
45
[18]Sumadi Surbaya,
Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1983, hlm.
233
[19]Abdur Rochman
Abror, Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993, hlm. 73
[20]W.S Winkel, Psikologi
Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta, 2004, hlm. 83
[21]Sarlito Wirawan
Sarwono, Psikologi Umum, Bulan Bintang, Jakarta, 1999, hlm. 71
[22]W.S Winkel, Op.
Cit, hlm. 30
[23]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Op. Cit, hlm. 137
[25]Sardiman, Op.
Cit, hlm. 45
[26]Surya Subrata,
Dasar-dasar Psikologi Untuk Pendidikan di Sekolah, Primakarya, Jakarta,
1998, hlm. 183
Comments
Post a Comment