Bentuk-Bentuk Keaktifan Belajar




Menurut teori Thorndike mengemukakan keaktifan peserta didik dalam belajar dengan hukum “Law of Exercise” yang mengatakan bahwa belajar memerlukan latihan-latihan. MC Kachix berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar aktif dan selalu ingin tahu.[1] Menurut Dalyono bentuk-bentuk keaktifan belajar adalah:
a)      Mendengarkan
Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun tidak terlibat tetapi secara langsung mendengar informasi. Situasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk belajar.
b)      Memperhatikan / Memandang
Setiap stimulus visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan kita tertuju kepada suatu obyek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan motivasi serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
c)      Meraba, Mencium, dan Mencicipi/Mencecap
Aktivitas meraba, aktivitas mencium, ataupun aktivitas mencecap dapat dikatakan belajar apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.
d)     Menulis atau Mencatat
Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan set tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Mencatat yang menggunakan set tertentu akan dapat dipergunakan sewaktu-waktu tanpa adanya kesulitan. Tanpa penggunaan set belajar, maka catataan yang kita buat tidak mencatat apa yang mestinya dicatat. Materi yang kita catat sangat ditentukan oleh set-set belajar kita.
e)      Membaca
Belajar memerlukan sikap, membaca untuk keperluan belajar harus pula menggunakan sikap. Membaca dengan sikap misalnya dengan memulai memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama dengan berorientasi kepada kebutuhan dan tujuan.
f)       Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan kembali materiil itu di kemudian hari.


g)      Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan
Dalam buku-buku ataupun di lingkungan lain sering kita jumpai tabel-tabel diagram atau bagan-bagan. Materiil non-verbal semacam ini sangat berguna bagi kita dalam mempelajari materiil yang relevan itu. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang sesuatu hal.
h)      Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Tidak semua aktivitas penyusun paper merupakan aktivitas belajar. Banyak pelajar atau mahasiswa yang menyusun paper dengan jalan mengkopi atau menjiplak. Memang cara yang demikian sering menguntungkan mereka karena dengan mengambil materi sana-sini, diatur hubungannya sehingga membentuk sajian yang sistematis dan lengkap, dengan bahasa yang bagus karena dibuat oleh para ahli, maka memperoleh angka lulus.
i)        Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu, belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
j)        Berpikir
Adapun yang menjadi obyek serta tujuan berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
k)      Latihan atau Praktek
Latihan atau praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada diirinya. Orang yang berlatih atau berpraktek sesuatu tentunya menggunakan set tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya terarah kepada suatu tujuan. [2]
Berdasarkan bentuk-bentuk keaktifan belajar yang dikemukakan oleh Dalyono di atas, penulis mengambil beberapa bagian yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini yaitu mendengarkan, memperhatikan, mencatat, membaca dan latihan atau praktik.
Menurut Moh. Uzer Usman, aktivitas belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam beberapa hal yaitu :
a)      Aktivitas Visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
b)      Aktivitas Lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.
c)      Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.
d)     Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis.
e)      Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.[3]
Berdasarkan bentuk-bentuk keaktifan belajar peserta didik yang dikemukan oleh Moh. Uzer Usman di atas, maka penulis mengambil bagian tertentu untuk dijadikan indikator dalam penelitian ini yaitu membaca, menulis / mencatat, bertanya, berdiskusi dan mendengarkan.
Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman, membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan peserta didik yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a)      Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
b)       Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c)      Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d)     Writing activities, seperti misalnya, menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e)      Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f)       Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g)      Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h)      Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup[4]
Menurut Dimyati dan Mudjiono, keaktifan belajar terbagi menjadi dua yaitu :
a)        Keaktifan Fisik
Kegiatan fisik ini meliputi : membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan.
b)        Keaktifan Psikis
Kegiatan psikis misalnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan.[5]

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, keaktifan belajar peserta didik meliputi dua hal, yaitu :
a)      Aktivitas Fisik
Meliputi : membaca, menulis, mendengarkan, menggambar, berlatih, berbicara, mengamati, bertanya.
b)      Aktivitas Psikis
Meliputi : mengingat, berpikir, menanggapi, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.


[1] Dimyati dan Mudjiono,  Op. Cit., hlm. 59.
[2] M. Dalyono, Op. Cit., hlm. 219-225.
[3] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 22.
[4] Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 101.
[5] Dimyati dan Mudjiono, Op. Cit., hlm. 45.

Comments

Popular Posts