Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment Model)




a.       Pengertian
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner, Jacqueline Goodnow, dan George Austin Brunner. Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, mengkategorikan, dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep. Sebagai contoh, manusia mengenal bahwa yang dimaksud dengan konsep “nasi” adalah suatu makanan yang menjadi salah satu hal yang bisa mengenyangkan perut. Begitu pula halnya dengan konsep “almari”. Almari adalah suatu alat yang bisa digunakan untuk menempatkan beberapa barang tertentu, misalnya baju, buku ataupun barang-barang yang lain. Jadi, manusia mengkategorikan suatu konsep berdasarkan ciri-ciri (atribut) yang dimilikinya. Atas dasar pandangan tersebut maka kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep menjadi bagian fundamental dari sistem persekolahan.
Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana.
b.      Prosedur pembelajaran
Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap. Pertama adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh. Kemudian masuk ketahap selanjutnya (kedua), kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (concept formation). Setelah itu, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan (tahap ketiga). Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan perolehan konsep. Sebagai contoh, seorang guru ingin mengenalkan pada siswanya. Ia tentu akan memperkenalkan beberapa kategori (contoh) yang sesuai dan tidak sesuai. Misalnya, mempunyai sayap (sesuai), bisa terbang (sesuai), bertelur (sesuai), melahirkan (tidak sesuai), menyusui (tidak sesuai). Dalam hal ini siswa diberi gambaran dan akan memperoleh konsep bahwa ciri-ciri hewan aves adalah mempunyai sayap, bisa terbang dan bertelur.
Melalui model ini, perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya lebih langsung. Artinya, guru lebih banyak memimpin. Model ini terdiri dari tiga tahapan mengajar. Pertama, guru menyajikan data kepada siswa. Setiap data merupakan contoh dan bukan contoh yang terpisah. Data tersebut dapat berupa peristiwa, orang, objek, cerita, dan lain-lain. Siswa diberitahu bahwa dalam daftar data yang disajikan terdapat beberapa data yang memiliki kesamaan. Mereke diminta untuk member nama konsep tersebut dan menjelaskan definisi konsep berdasarkan ciri-cirinya. Contohnya adalah seperti pembelajaran aves diatas.
Tahap kedua, siswa menguji perolehan konsep mereka. Pertama dengan cara mengidentifikasi contoh tambahan lain yang mengacu pada konsep tersebut. Atau kedua dengan memunculkan contoh mereka sendiri. Setelah itu, guru mengkonfirmasi kebenaran dari dugaan siswanya terhadap konsep tersebut, dan meminta mereka untuk merevisi konsep yang masih kurang tepat.
Tahap ketiga, mengajak siswa untuk menganalisis/mendiskusikan strategi sampai mereka dapat memperoleh konsep tersebut. Dalam keadaan sebenarnya, pasti penelusuran konsep yang mereka lakukan berbeda-beda. Ada yang mulai dari umum, ada yang mulai dari khusus, dan lain-lain. Akan tetapi, perbedaan strategi ini di antara siswa ini menjadi pelajaran bagi yang lainnya untuk memilih strategi di antara siswa ini menjadi pelajaran bagi yang lainnya untuk memilih strategi mana yang paling tepat dalam memahami suatu konsep tertentu.
c.       Aplikasi
Model pembelajaran ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada perolehan suatu konsep baru atau untuk mengajar cara berpikir induktif kepada siswa. Model ini juga relevan diterapkan untuk semua umur dan semua tingkatan kelas. Bagi anak-anak, konsep dan contohnya harus lebih sederhana dibandingkan untuk anak tingkatan kelas yang lebih tinggi. Terakhir, model ini juga dapat menjadi alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur apakah idea tau konsep penting yang baru saja diajarkan telah dikuasai oleh siswa atau tidak.

Comments

  1. boleh minta referensi buku nya ngga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buku nya berjudul model pembelajaran karya dr. Hamzah B. Uno M.Pd cetakan ke 10 tahun 2014

      Delete

Post a Comment

Popular Posts