KOMPONEN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU
Ada 8 (delapan) keterampilan
mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas
pembelajaran, diantaranya:
(a.) Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan
ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di
berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir.
Dalam proses belajar
mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun
dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif
terhadap siswa, yaitu[1]:
·
Meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar,
·
Membangkitkan minat dan
rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau
dibicarakan,
·
Mengembangkan pola dan
cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah
bertanya,
·
Menuntun proses
berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat
menentukan jawaban yang baik,
·
Memusatkan perhatian
siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan
kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan
ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya. Dasar-dasar pertanyaan
yang baik antara lain[2]:
·
Jelas dan mudah
dimengerti oleh siswa
·
Berikan informasi yang
cukup untuk menjawab pertanyaan
·
Difokuskan pada suatu
masalah atau tugas tertentu
·
Berikan waktu yang
cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan
·
Bagikanlah semua
pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
·
Berikan respon yang
ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau
bertanya
·
Tuntunlah jawaban siswa
sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan
·
Kehangatan dan
Keantusiasan. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan
maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara,
ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan
dan keantusiasannya.
·
Kebiasaan yang perlu
dihindari. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,
guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun
ketika menerima jawaban siswa. Guru harus menghindari kebiasaan seperti :
1.) Menjawab pertanyaan sendiri,
2.) Mengulang jawaban siswa,
3.) Mengulang pertanyaan sendiri,
4.) Mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
5.) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya, dan
6.) Mengajukan pertanyaan ganda.
Keterampilan bertanya di bedakan atas[3] :
1. Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya
dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan
segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah pengungkapan
pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah
giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan.
2. Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya
lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih
mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar
partisipasi, dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan
bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen
bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam
penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya
lanjut itu adalah pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab
pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak, dan
peningkatan terjadinya interaksi.
(b.) Keterampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si
penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.[4]
a. Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai
pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan
sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
(b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. (c). Meningkatkan
kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
b. Jenis-jenis Penguatan
1. Penguatan verbal. Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan
kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya.
2. Penguatan non-verbal. Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak
isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh (partial).
c. Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan
secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan,
kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
(c.) Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar
mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
partisipasi.[5]
a. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
belajar mengajar yang relevan.
2. Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3. Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima
pelajaran yang disenanginya.
b. Prinsip Penggunaan
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran atau satuan pelajaran.
c. Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan
belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang
dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu:
1. Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi dalam cara
mengajar guru meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice),
Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher
silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement),
gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers
movement).
2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat
digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba.
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi
alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau
bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang
dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar,
dilihat dan diraba (audio visual aids).
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai
kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:
(a) Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah) (b). Pola
guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada
interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi) (c). Pola
guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama
lain. (d). Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal
antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai
transaksi, multiarah) (e). Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran
untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua
kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
(d.) Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan
menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara
sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.[6]
a. Tujuan Memberikan Penjelasan
1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta,
definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau
pertanyaan.
3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
Secara garis besar
komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu: (1). Merencanakan,
mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan
yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus,
atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. (2). Penyajian
suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan,
penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
(e.) Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran (set
induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut
akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup
pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran
itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat
keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar[7].
Komponen keterampilan
membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi,
memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di
antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi:
meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
(f.) Keterampilam Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah
suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah.[8]
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu
konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan
berbahasa.
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi:
1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
2. Memperluas masalah atau urutan pendapat
3. Menganalisis pandangan siswa
4. Meningkatkan urunan pikir siswa
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi dan menutup diskusi
(g.) Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas
adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar,
misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau
penetapan norma kelompok yang produktif.[9]
Suatu kondisi belajar
yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana
pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas
maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini berkaitan
dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran
serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan
sikap tanggap, memberi perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi
penguatan.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa
yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial
untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang
menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan
tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala
sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola
kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru,
yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang berlebihan (teachers
instruction). (2). kesenyapan (fade away) (3). ketidaktepatan
memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4). penyimpangan
(digression) (5). bertele-tele (overdwelling).
(h.) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perseorangan
Secara fisik bentuk
pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk
kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan siswa.
Komponen keterampilan
yang digunakan adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan
mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, dan
keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.[10]
Comments
Post a Comment